Berbicara emansipasi tidak bisa tidak, harus dikaitkan dengan kaum wanita. Sudah menjadi pengetahuan bersama bagaimana keadaan kaum wanita di Indonesia pada abad ke-19 ? hidup terkekang, terbatas atas nasibnya sendiri. Dialah R.A (Raden Ajeng) Kartini yang berani mendobrak tembok beton pengekangan kaum wanita. Dilahirkan pada 21 April 1879 dari salah satu keluarga pejabat di desa Mayong, Jepara inilah yang memiliki 'nyali superman' untuk menghancurkan belenggu budaya anakronistis. Karena bukan zamannya lagi wanita dijajah pria (yang konon katanya sejak dulu) dengan dalih lemah, rendah atau ada sebuah ungkapan wanita hanya ranah dapur, sumur, kasur.
Pada hakikatnya semua manusia itu sama, sama-sama makhluk Tuhan yang memiliki rasa untuk dicintai, dihargai, dihormati dan sejenisnya. Jadi tidak alasan untuk 'menegakkan' diskriminasi, apalagi ditengah kondisi kita hari ini dimana tiap insan dijamin kebebasannyauntuk mengaktualisasikan diri tapi harus dipertanggungjawabkan.
Tentu masih terpatri dibenak kita jasa-jasa R.A. Kartini dalam membangun pondasi emansipasi wanita. Begitu berlimpah daya dan upaya beliau guna mendongkrak posisi wanita di masa kolonial Tanam Paksa walaupun diejek, ditertawakan bahkan diintimidasi namun beliau tetap bertahan dan berusaha maju demi memperoleh hak-hak kaum wanita.
Hanya saja akhir-akhir ini terjadi salah kaprah dalam memaknai emansipasi. Perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasibnya sendiri merupakan makna emansipasi wanita sesungguhnya, bukan perjuangan kaum wanita demi memperoleh persamaan hak dengan kaum pria. Kenapa ? karena makna emansipasi yang kedua akan merugikan kaum wanita itu sendiri misalnya didalam dunia kerja, wanita memperoleh hak cuti hamil, menstruasi. Misalnya yang lain kaum wanita memiliki prioritas kemudahan untuk didahulukan duduk dibandingkan pria.
Perlu adanya penjernihan apa itu emansipasi agar tidak terjadi pengaburan atau pergesaran makna. Jelas, bila adanya pergeseran akan membuat jauh dari cita-cita yang diperjuangkan ‘founding mother’ di masa silam. Walaupun begitu kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan derajat wanita dapat diberikan apresiasi mengingat perubahan signifikan dibandingkan era-era sebelumnya.
Oleh karena itu pada nuansa yang baik ini sudah sepatutnya jiwa-jiwa Kartini dipupuk dan disemai ditiap-tiap insan wanita guna memajukan Indonesia menjadi salah satu Negara maju di dunia.
By : Fauzi Ahmad...yuuuuk
|
emang, sekarang makna emansipasi wanita terjadi pergeseran.. gimana enggak, masa' wanita harus sama kaya laki-laki padahal dari bentuk tubuhnya aja beda.. gila ga.. pokoknya gw ga sepakat kalo laki-laki sama dengan wanita..gila apa (sabar..sabar..! he)
pokoknya gw salut deh ama yang nulis neh posting..
baibai..